B. Indonesia

Pertanyaan

Solusi yg bisa meningkatkan kesantunan berbahasa

1 Jawaban

  • Pada dasarnya, kesantunan dalam berbahasa merupakan suatu kebiasaan, bukan sesuatu yang seharusnya dipelajari untuk dikuasai. Namun, pada kenyataannya ada pembelajaran mengenai kesantunan berbahasa. Dan tentu tidak salah jika kita mau mempelajarinya.

    Sebenarnya, apa itu kesantunan bahasa? Inti dari kesantunan berbahasa adalah cara berbahasa dan berperilaku. Kedua hal tersebut menunjukkan tingkat kesantunan berbahasa kita. Kesantunan berbahasa juga dipengaruhi oleh etika, norma, dan budaya di masyarakat. Seperti orang Jepang yang cenderung mengucapkan kata ‘maaf’ agar sopan ketika berbicara dan orang amerika yang memanggil orang yang lebih tua dengan nama. Tentunya berbeda dengan di Indonesia, di mana sebutan / nama panggilan seseorang, terutama yang lebih tua, sangat diperhatikan.

    Ada empat maksim atau prinsip dalam kesantunan berbahasa, yaitu kualitas, kuantitas, relevansi, dan cara. Empat maksim ini menentukan tingkat kesantunan kita dalam berbahasa. ‘Kualitas’ menentukan tingkat kesantunan berdasarkan kejujuran perkataan kita. ‘Kuantitas’, dari banyaknya kata dalam kalimat ucapan kita. ‘Relevansi’, dari apakah ucapan kita ada hubungannya / nyambung dengan topik yang sedang dibicarakan. Dan yang terakhir, ‘cara’, menentukan tingkat kesantunan berdasarkan kelugasan / kejelasan kalimat yang kita ucapkan.

    Terdapat tiga unsur kesantunan dalam berkomunikasi yang merupakan indikator kesantunan berbahasa. Yaitu lokusi (ujaran), ilokusi (maksud), dan perlokusi (efek). Lokusi mencakup kesan yang diterima dari perkataan kita seperti, “Pergilah sana!” memberi kesan bahwa orang tersebut kasar, dan memiliki ilokusi untuk mengusir orang lain, serta perlokusinya yaitu orang yang diusir kemungkinan besar akan marah, tetapi kemudian pergi sesuai yang diinginkan, yang mana akan membuat orang yang mengusir menjadi tidak santun.

    Kesantunan berbahasa juga dipengaruhi oleh mitra tutur kita, tempat kita berbicara, waktu, juga topik pembicaraan. Empat hal tersebut akan mempengaruhi tingkat kesantunan kita ketika berbicara. Contohnya, ketika sedang berbicara di kantor. Ditambah lawan bicara kita adalah atasan kita, maka tentu tutur kata kita akan lebih santun dibanding biasanya. Contoh lain adalah, ketika kita sedang makan, maka kita akan menghindari berbicara tentang hal-hal yang jorok. Atau ketika sedang berbicara tentang hal yang menyedihkan, tentu kita tidak akan tertawa agar tidak dianggap tidak sopan.

    Untuk berbahasa yang santun, kita dapat menggunakan strategi-strategi tertentu. Diantaranya alah skala untung rugi, skala pilihan, skala tidak langusng, dan skala keakraban. Mendengar namanya tentu kita bisa menebak seperti apa strategi-strategi tersebut.

    Skala untung rugi menuntut kita untuk merendah diri, agar lawan bicara kita merasa lebih ditinggikan atau lebih superior dibanding kita. Digunakan dengan meninggikan lawan seperti dengan memanggil ‘bos’ agar pihak lawan menjadi lebih mudah untuk dipersuasi dalam menyepakati sesuatu atau diminta tolong.

    Skala pilihan biasa digunakan ketika kita ingin menanyakan sesuatu tetapi dengan memberikan beberapa pilihan jawaban kepada lawan bicara. Seperti “Anda mau baju yang yang seperti apa? Panjang atau pendek? Cerah atau gelap? Boyish atau girly?” akan lebih menyenangkan lawan bicara dibanding dengan hanya bertanya, “Anda mau baju yang seperti apa?” tanpa memberikan pilihan apapun.

    Skala berikutnya yaitu skala tidak langsung memiliki arti persis seperti namanya, yaitu dengan berbicara tidak langsung atau biasanya disebut menyindir secara halus. Contoh, jika kita merasa tidak nyaman karena kepanasan, maka agar tidak terkesan tidak sopan kita bisa mengungkapkannya secara tidak langsung, dengan berkata, “Disini tidak ada kipas angin, ya?”

    Skala terakhir, yaitu skala keakraban, digunakan dengan cara membuat lawan bicara merasa lebih akrab dengan kita. Biasanya dengan cara menggunakan panggilan-panggilan tertentu

Pertanyaan Lainnya