B. Indonesia

Pertanyaan

teks diskusi bertemakan sopan santun

1 Jawaban

  • Lunturnya Sopan Santun Remaja Indonesia


            


    Secara etimologis sopan santun berasal dari dua buah kata, yaitu kata sopan dan santun. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sopan santun dapat diartikan sebagai hormat dengan tak lazim (akan,kepada) tertib menurut adab yang baik. Atau bisa dikatakan sebagai cerminan kognitif (pengetahuan). Sedangkan santun berarti halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya), sopan, sabar, tenang. Atau bisa dikatakan cerminan psikomotorik (penerapan pengetahuan sopan ke dalam suatu tindakan). Jika digabungkan kedua kalimat tersebut, sopan santun adalah pengetahuan yang berkaitan dengan penghormatan melalui sikap, perbuatan atau tingkah laku, budi pekerti yang baik, sesuai dengan tata krama, peradaban, kesusilaan.


                Banyak yang mengutarakan berpendapat dari kalangan tua bahwa anak muda sekarang kurang menghargai sesama, rasa empati kepada yang seharusnya dihormati seperti orang yang lebih tua dinilai menipis. Salah satu contohnya yang mudah di jumpai dan dilihat  adalah di bis umum, para pemuda khususnya pelajar laki-laki membiarkan orang tua, atau ibu yang sedang menggendong anaknya berdiri, sementara anak muda memilih tetap duduk di kursi dalam bis umum. Mereka hanya mau berdiri jika diingatkan oleh kernet bus.


    Sopan santun, atau juga dikenal sebagai tata krama, merupakan salah satu ciri khas dari masyarakat Indonesia. Dari dulu, bangsa Indonesia dikenal dengan keramahannya, kesopanannya, serta adat istiadat yang dijunjung tinggi. Tetapi, apabila kita amati saat ini banyak terjadi perubahan sikap, gaya hidup para remaja yang mulai meninggalkan sopan santun. Banyak perilaku dan gaya hidup dilakukan remaja meniru budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita dan mereka menganggapnya sebagai hal biasa.


    Seiring dengan perkembangan zaman memang dapat dikatakan bahwa tingkat kesopanan remaja indonesia semakin berkurang, khususnya di daerah kota yang tampak jelas perbedaannya. Fenomena yang salah kaprah adalah sekarang banyak anak perempuan di daerah kota yang berpakaian minim seperti bercelana pendek ketat, memakai rok mini dengan baju ketat yang sangat bertentangan dengan dengan norma kesopanan. Mereka meniru budaya asing yang dianggapnya keren. Di majalah, televisi ataupun internet, kebanyakan orang melakukan tindakan yang tidak sopan, namun sudah dianggap biasa karena terpengaruh budaya asing. Dalam lingkungan sekolahpun khususnya di sekolah menengah atas yang seharusnya lebih dewasa, para siswa mulai kurang menghargai gurunya. Saat pelajaran berlangsung mereka asyik dengan teman sebangkunya tanpa memperdulikan guru yang sedang mengajar. Saat pelajaran ada yang menggunakan laptop. Bukan untuk mencari file-file tentang pelajaran melainkan untuk ngegame. Hal-hal seperti itu membuat guru merasa tidak dihargai. Inilah beberapa contoh perilaku kesopanan yang mulai luntur di kehidupan remaja. Memang masih banyak orang-orang bangsa Indonesia yang masih menjunjung tinggi dan berpegang teguh pada kesopanan dan tata krama, akan tetapi masih lebih banyak lagi orang-orang yang melupakan kesopanan dan tata krama tersebut. Secara tidak langsung hilangnya kesopanan atau tata krama, dapat berdampak besar bagi kehidupan kita, perilaku yang seharusnya di ajarkan orang tua sejak kecil. Terkikisnya perilaku kesopanan ini dapat menghilangkan jati diri kita sebagai bangsa yang berbudi luhur, yang hebat karena budayanya. Namun sebenarnya ini permasalahan sepele yang berakibat sangat buruk jika kita tidak menyikapinya dengan kesadaran penuh.


    Sebenarnya perilaku kesopanan harus dilakukan dimana saja dan dalam kondisi apapun. Sopan santun merupakan warisan dari nenek moyang kita, namun bukan hanya sebagai warisan tetapi telah menjadi kepribadian dan jati diri kita. Walaupun tingkat sopan santun di setiap daerah berbeda, namun tidak akan sama dengan budaya barat yang lebih ekstrim dan dapat dikatakan sebagai budaya bebas.


    Lunturnya sopan santun dapat terjadi karena faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat berasal dari diri sendiri, keluarga, teman pergaulan, lingkungan sekitar maupun media massa. Dari  faktor internal tersebut kita melakukan interaksi atau hubungan sosial. Dari hubungan sosial tersebut biasanya yang paling mempengaruhi lunturnya kesopanan adalah keluarga. Jika dari dalam keluarga kita tidak mendapat bimbingan tentang  kesopanan secara mendalam maka di pergaulan kita dapat dikucilkan karena dianggap tidak baik. Akhirnya kita akan mencari teman yang sesuai dengan perilaku kita yang sama-sama kurang baik, maka pergaulan kita akan lebih bertambah buruk lagi. Sebenarnya pendidikan di sekolah tentang kesopanan sudah cukup, namun jika dari keluarga kurang bimbingan tentang kesopanan maka kita akan sulit menerima bimbingan-bimbingan tentang kesopanan disekolah karena kita sudah terbiasa dengan kebiasaan yang dilakukan didalam keluarga.






Pertanyaan Lainnya